Rabu, 25 Juli 2012

Deras hujan yang turun Mengingatkanku pada dirimu Aku masih disini untuk setia Selang waktu berganti Aku tak tahu engkau dimana Tapi aku mencoba untuk setia Sesaat malam datang Menjemput kesendirianku Dan bila pagi datang Kutahu kau tak disampingku Aku masih disini untuk setia petikan gitar yang ku mainkan. Mengalunkan sebuah lagu yang bagiku menceritakan kehidupanku. Tak ku sangka. Linangan air mata mulai membasahi wajah mungilku. Yahh.. sampai saat ini aku masih menunggunya. Menunggu dia dengan setia. Tapi aku tau, semuanya takkan pernah kembali seperti sedia kala. Aku tau, kini dia memiliki kehidupannya sendiri. Dan aku, akupun memiliki kehidupanku sendiri. Dia kini telah sah menjadi milik orang lain. Sedangkan aku? Aku masih mencari siapa yang akan memiliki ku sepenuhnya. Menggantikan posisinya dalam benak. Dan mewarnai langkah perjalanan kehidupanku. Akupun sadar. Dia telah memiliki sang buah hati yang hadir ditengah-tengah kehidupannya. Yang melengkapi kebahagiaan keluarga kecilnya. Sedangkan aku? Jangan harap buah hati hadir dalam kehidupanku. Hingga saat ini pun aku tak segera menemui cinta sejatiku. “Mengapa semua harus berakhir seperti ini?” gumamku sedih. Aku merasakan kerinduan yang sungguh menyeruak dalam benak. Aku merindukan perhatian dan kasih sayang tulusnya. Aku merindukannya! Permainan gitarku terhenti. Badanku terasa lemah lunglai. Tak ada keinginan untuk melakukan kegiatan malam ini. Makan pun aku tak ingin. Aku hanya ingin bertemu dengannya. Malam ini, dan saat ini juga. Tapi semua mustahil. Sangat mustahil! *Flash back on.. Malam ini aku merasa sangat lelah. Pekerjaan yang menumpuk membuatku ingin segera menghempaskan tubuh ke tempat tidur kesayanganku. Namun sepertinya aku harus ekstra bersabar. Jalanan kota Jogja malam ini dipadati oleh kendaraan. Maklum saja jika padat dengan kendaraan, karena malam ini adalah malam minggu. Dan tanggalnya pun bisa dibilang tanggal muda. Karena pada tanggal-tanggal itulah dompet orang-orang banyak terisi oleh lembaran-lembaran kertas berwarna-warni yang akan mereka pergunakan untuk belanja, jalan-jalan menghabiskan akhir pekan. ^ Setengah jam lebih perjalanan yang aku tempuh. Akhirnya sampai di depan gerbang rumah. Aku merasa sangat lega. Akhirnya kesempatan untuk aku segera istirahat akan segera tergenapi. Namun, aku melihat ada sebuah mobil sedan hitam terparkir tepat di samping gerbang rumah. Mobil itu sudah tak asing lagi bagiku. Yahh.. itu adalah mobil kekasihku. Kami sudah menjalin cinta kurang lebih sudah 2 tahun. Jatuh bangun kami menjalani hubungan kami. Tapi kami sungguh bersyukur karena setiap permasalahan dalam hubungan, selalu hubungan kami kembali normal seperti biasa. Aku segera turun dari mobil dan segera menghampiri kekasihku. “hay.. udah lama?” sapaku . “enggak juga kok. Baru pulang kantor?” tanyanya sambil menyungginkan sebuah senyum yang menenangkan. “iya nih. Jalanan rame banget. Mana tadi kerjaan numpuk lagi.” Kataku sambil meletakkan sepatu ke tempatnya. “aku buatin teh hangat ya? Biar pikiran kamu tenang.” Tawarnya. “oke. Makasih sayang?” kataku dan dia membalas dengan senyum khas yang menenangkan itu. Aku naik ke tangga dan segera menuju kamarku untuk sekedar berganti pakaian. Akhirnya aku harus kembali bersabar untuk menghempaskan tubuh ke tempat tidur. Setelah itu segera ke lantai bawah untuk menemui kekasihku kembali. “ini teh hangatnya udah jadi. Segera kamu minum ya! Biar pikiranmu tenang. Oke sayang?” katanya dengan penuh perhatian. “iya sayang.. makasih ! “ kataku sambil tersenyum. Akhirnya kami pun mengobrol dengan asiknya di teras depan. Namun tiba-tiba raut mukanya serius. “aku harus bicara serius sama kamu Ra!” “baiklah. Kamu mau bicara apa?” kataku dengan setenang mungkin. Sejujurnya hatiku bergejolak. Sebab raut mukanya sangat serius. “aku nggak bisa terusin hubungan kita!” katanya dengan tegas namun terselip nada lirih dari perkataannya. Akupun hanya membisu. “maaf Neira?” “kenapa?” kataku masih dengan sikap setenang mungkin. “orang tuaku udah siapin pasangan buat aku. Namanya Rita.orang tuanya temen mama dan papa. Aku nggak bisa ngebantah mereka. Dan besok malam, aku akan tunangan sama Rita. Maaf Ra?” Dia tertunduk sedih. Bibirku seketika membisu. Banyak kata yang ingin keluar dari mulut. Tapi tak ada daya untuk berkata. Seketika mataku terasa panas. Pandanganku mulai samar-samar. Kenapa semua ini harus terjadi? Kenapa dia tak jujur pada orang tuanya bahwa dia telah memiliki kekasih? Apa arti hubungan yang kita jalin selama ini? Pikiranku terlalu kacau untuk memikirkan semua ini. “aku cabut dulu Ra. Maaf dan makasih buat selama ini. Aku sayang kamu!” pamitnya sembari mengecup keningku dan segera berjalan meninggalkanku yang mematung sendirian. Yahh.. itulah akhir hubungan kami. Dan beberapa bulan setelah mereka bertunangan, mereka pun memutuskan untuk menikah. Aku hadir dalam pertunangan mereka, aku juga hadir di pernikahan mereka. Ketika berjabat tangan dengannya dan memberikan selamat padanya, aku bersikap seperti tak pernah ada sesuat yang terjadi antara dia dan aku. Namun aku merasakan sayatan-sayatan menggores benak. Aku masih mencintainya. Hingga kini. ^ Waktu demi waktu, hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan pun berlalu. Sosoknya tak pernah pergi dari kehidupanku. Dan terus menghantui hari-hariku. Aku capek dengan semua ini. Aku lelah. Sangat lelah. Kapankah aku akan menemukan sebuah cinta sejati? Cinta yang tak mengkhianati? Selama ini aku selalu berusaha untuk meyakinkan diriku sendiri bahwa aku akan menemukan orang yang akan menggantikan posisinya. Dan menemukan kebahagiaan dalam keluarga. Yahh.. aku terus meyakinkan diriku hingga saat ini. *Flash back off Petikan gitarku terhenti ketika kenangan demi kenangan bersamanya telintas dalam pikir. Aku harus mengambil keputusan. Aku harus menutup buku kenangan bersamanya dan tak terus larut dalam kenangan itu. Aku harus bangkit . aku harus mencari. Mencari sebuah cinta sejati yang akan mengisi lembaran kehidupanku yang masih kosong. Untuk cinta sejati torehkan tinta-tinta kehidupan di lembaran hidupku Read more at: http://operatorku.blogspot.com/2012/07/cerpen-cinta-sejati.html Copyright by operatorku.blogspot.com Terima kasih sudah menyebarluaskan aritkel ini
Deras hujan yang turun Mengingatkanku pada dirimu Aku masih disini untuk setia Selang waktu berganti Aku tak tahu engkau dimana Tapi aku mencoba untuk setia Sesaat malam datang Menjemput kesendirianku Dan bila pagi datang Kutahu kau tak disampingku Aku masih disini untuk setia petikan gitar yang ku mainkan. Mengalunkan sebuah lagu yang bagiku menceritakan kehidupanku. Tak ku sangka. Linangan air mata mulai membasahi wajah mungilku. Yahh.. sampai saat ini aku masih menunggunya. Menunggu dia dengan setia. Tapi aku tau, semuanya takkan pernah kembali seperti sedia kala. Aku tau, kini dia memiliki kehidupannya sendiri. Dan aku, akupun memiliki kehidupanku sendiri. Dia kini telah sah menjadi milik orang lain. Sedangkan aku? Aku masih mencari siapa yang akan memiliki ku sepenuhnya. Menggantikan posisinya dalam benak. Dan mewarnai langkah perjalanan kehidupanku. Akupun sadar. Dia telah memiliki sang buah hati yang hadir ditengah-tengah kehidupannya. Yang melengkapi kebahagiaan keluarga kecilnya. Sedangkan aku? Jangan harap buah hati hadir dalam kehidupanku. Hingga saat ini pun aku tak segera menemui cinta sejatiku. “Mengapa semua harus berakhir seperti ini?” gumamku sedih. Aku merasakan kerinduan yang sungguh menyeruak dalam benak. Aku merindukan perhatian dan kasih sayang tulusnya. Aku merindukannya! Permainan gitarku terhenti. Badanku terasa lemah lunglai. Tak ada keinginan untuk melakukan kegiatan malam ini. Makan pun aku tak ingin. Aku hanya ingin bertemu dengannya. Malam ini, dan saat ini juga. Tapi semua mustahil. Sangat mustahil! *Flash back on.. Malam ini aku merasa sangat lelah. Pekerjaan yang menumpuk membuatku ingin segera menghempaskan tubuh ke tempat tidur kesayanganku. Namun sepertinya aku harus ekstra bersabar. Jalanan kota Jogja malam ini dipadati oleh kendaraan. Maklum saja jika padat dengan kendaraan, karena malam ini adalah malam minggu. Dan tanggalnya pun bisa dibilang tanggal muda. Karena pada tanggal-tanggal itulah dompet orang-orang banyak terisi oleh lembaran-lembaran kertas berwarna-warni yang akan mereka pergunakan untuk belanja, jalan-jalan menghabiskan akhir pekan. ^ Setengah jam lebih perjalanan yang aku tempuh. Akhirnya sampai di depan gerbang rumah. Aku merasa sangat lega. Akhirnya kesempatan untuk aku segera istirahat akan segera tergenapi. Namun, aku melihat ada sebuah mobil sedan hitam terparkir tepat di samping gerbang rumah. Mobil itu sudah tak asing lagi bagiku. Yahh.. itu adalah mobil kekasihku. Kami sudah menjalin cinta kurang lebih sudah 2 tahun. Jatuh bangun kami menjalani hubungan kami. Tapi kami sungguh bersyukur karena setiap permasalahan dalam hubungan, selalu hubungan kami kembali normal seperti biasa. Aku segera turun dari mobil dan segera menghampiri kekasihku. “hay.. udah lama?” sapaku . “enggak juga kok. Baru pulang kantor?” tanyanya sambil menyungginkan sebuah senyum yang menenangkan. “iya nih. Jalanan rame banget. Mana tadi kerjaan numpuk lagi.” Kataku sambil meletakkan sepatu ke tempatnya. “aku buatin teh hangat ya? Biar pikiran kamu tenang.” Tawarnya. “oke. Makasih sayang?” kataku dan dia membalas dengan senyum khas yang menenangkan itu. Aku naik ke tangga dan segera menuju kamarku untuk sekedar berganti pakaian. Akhirnya aku harus kembali bersabar untuk menghempaskan tubuh ke tempat tidur. Setelah itu segera ke lantai bawah untuk menemui kekasihku kembali. “ini teh hangatnya udah jadi. Segera kamu minum ya! Biar pikiranmu tenang. Oke sayang?” katanya dengan penuh perhatian. “iya sayang.. makasih ! “ kataku sambil tersenyum. Akhirnya kami pun mengobrol dengan asiknya di teras depan. Namun tiba-tiba raut mukanya serius. “aku harus bicara serius sama kamu Ra!” “baiklah. Kamu mau bicara apa?” kataku dengan setenang mungkin. Sejujurnya hatiku bergejolak. Sebab raut mukanya sangat serius. “aku nggak bisa terusin hubungan kita!” katanya dengan tegas namun terselip nada lirih dari perkataannya. Akupun hanya membisu. “maaf Neira?” “kenapa?” kataku masih dengan sikap setenang mungkin. “orang tuaku udah siapin pasangan buat aku. Namanya Rita.orang tuanya temen mama dan papa. Aku nggak bisa ngebantah mereka. Dan besok malam, aku akan tunangan sama Rita. Maaf Ra?” Dia tertunduk sedih. Bibirku seketika membisu. Banyak kata yang ingin keluar dari mulut. Tapi tak ada daya untuk berkata. Seketika mataku terasa panas. Pandanganku mulai samar-samar. Kenapa semua ini harus terjadi? Kenapa dia tak jujur pada orang tuanya bahwa dia telah memiliki kekasih? Apa arti hubungan yang kita jalin selama ini? Pikiranku terlalu kacau untuk memikirkan semua ini. “aku cabut dulu Ra. Maaf dan makasih buat selama ini. Aku sayang kamu!” pamitnya sembari mengecup keningku dan segera berjalan meninggalkanku yang mematung sendirian. Yahh.. itulah akhir hubungan kami. Dan beberapa bulan setelah mereka bertunangan, mereka pun memutuskan untuk menikah. Aku hadir dalam pertunangan mereka, aku juga hadir di pernikahan mereka. Ketika berjabat tangan dengannya dan memberikan selamat padanya, aku bersikap seperti tak pernah ada sesuat yang terjadi antara dia dan aku. Namun aku merasakan sayatan-sayatan menggores benak. Aku masih mencintainya. Hingga kini. ^ Waktu demi waktu, hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan pun berlalu. Sosoknya tak pernah pergi dari kehidupanku. Dan terus menghantui hari-hariku. Aku capek dengan semua ini. Aku lelah. Sangat lelah. Kapankah aku akan menemukan sebuah cinta sejati? Cinta yang tak mengkhianati? Selama ini aku selalu berusaha untuk meyakinkan diriku sendiri bahwa aku akan menemukan orang yang akan menggantikan posisinya. Dan menemukan kebahagiaan dalam keluarga. Yahh.. aku terus meyakinkan diriku hingga saat ini. *Flash back off Petikan gitarku terhenti ketika kenangan demi kenangan bersamanya telintas dalam pikir. Aku harus mengambil keputusan. Aku harus menutup buku kenangan bersamanya dan tak terus larut dalam kenangan itu. Aku harus bangkit . aku harus mencari. Mencari sebuah cinta sejati yang akan mengisi lembaran kehidupanku yang masih kosong. Untuk cinta sejati torehkan tinta-tinta kehidupan di lembaran hidupku Read more at: http://operatorku.blogspot.com/2012/07/cerpen-cinta-sejati.html Copyright by operatorku.blogspot.com Terima kasih sudah menyebarluaskan aritkel ini
PENYESALAN CINTA



Cinta ada karena terbiasa. Mungkin kata-kata itu yang paling tepat untukku. Namaku Nina, aku duduk di bangku XII SMA. Aku punya seorang tetangga cowok yang saat ini sedang kuliah tingkat 1, namanya Ade. Aku bertetanggaan sama dia sejak dari lahir. Boleh dibilang dia sudah seperti kakakku sendiri. Dia sangat perhatian padaku. Dia baik dan humoris. Aku sangat menyukainya. Awalnya rasa ini cuma sebatas rasa senang karena diperhatikan seperti seorang adik, tapi lama kelamaan rasa ini tumbuh menjadi benih-benih cinta di hatiku. Dulu waktu di Sekolah Menengah Pertama (SMP) aku juga pernah suka sama dia. Ku pikir itu hanya dampak dari masa puber ku. dia suka menyanjungku, karena itulah aku sempat berpikir dia mencintaiku. maklumlah aku baru lepas dari masa anak-anak.

Saat ini rasa itu kembali hadir. Aku kembali merindukannya. Entah dari mana awalnya, namun perlahan-lahan rindu itu semakin menyiksa. Saat dia kembali ke tempat kuliah, aku merasa sangat jauh darinya. Tapi saat dia di rumah, aku bersikap seolah-olah tidak terjadi apa-apa padaku. Sebenarnya aku sudah mencoba tuk ngilangin perasaan ini. Aku tau, gak mungkin bagiku tuk bisa menjadi kekasihnya. Dia sudah menganggapku sama seperti adiknya, dan apa kata orang tua kami jika kami berpacaran. Aku malu sama perasaanku ini. Aku bingung harus bagaimana. Aku terus berusaha memendamnya.

***
Hari ini hari minggu. Saat yang tepat bagiku untuk bermalas-malasan. Seharian ini aku cuma duduk di depan tv. Saat sedang asyik-asyiknya nonton FTV, ponselku berdering. Ku raih dengan malasnya. Ku lihat ada 1 panggilan masuk dari nomor tak di kenal.

“halo…”

“ya halo.. Nina ya??”

“iya, bener.. ne siapa??”

“ne kakak, dek..”, jawab suara di seberang sana.

“kakak siapa??”

“kak Ade.. masa’ dek gak ngenalin suara kakak seh?? Ge apa sekarang dek??”

Kak Ade?? Jantung ku hampir copot ketika dia nyebutin namanya. Aku gak percaya kalo yang nelfon ini kak Ade. “Aku mimpi gak yach??”, batinku. Ku cubit lenganku tuk mastiinnya. Owh, sakit. Ternyata aku gak mimpi.

“lho dek, ditanya kok bengong??”

“o..o..eee.. ma..maaf kak…”, aku tergagap.

“hahaha… lucu dech.. o ya dah dulu ya dek, kapan-kapan kita sambung lagi. Kak ada keperluan. Bye..”

“iya kak, bye..”

Klik. Telfon teputus. Aku masih bengong. Gak percaya sama apa yang barusan terjadi. “kak Ade nelfon aku. Oh my God pertanda apa ini??” seru ku dalam hati.

Itulah awal dari kedekatan kami. Sejak saat itu dia sering menelfon ku. Dia cerita pengalaman-pengalaman kuliahnya. Aku juga banyak curhat sama dia. Hatiku semakin berbunga-bunga. Aku semakin yakin mimpi ku akan jadi nyata.

Dua bulan berlalu. Masa pedekate ku telah berakhir. Hari ini aku resmi menjadi pacarnya. Tadi malam, tepatnya malam minggu dia mengutarakan isi hatinya. Dia berjanji akan selalu ada untukku. Aku sangat bahagia. Ternyata cintaku gak bertepuk sebelah tangan.

***
Hari demi hari berlalu begitu cepat. Kurasakan cintanya kini telah memudar. Dia tak seperti pertama jadian dulu. Dia hanya menghubungiku di saat dia kesepian. Aku mencoba bertahan dengan semua ini. Aku yakin suatu saat dia pasti akan kembali seperti dulu.

Semakin lama penantian ini, semakin hampa ku rasa. Dia tak kunjung berubah, bahkan dia semakin menjadi-jadi. Sekarang dia sering berbohong padaku. Dia gak pernah lagi menepati janji. Dia gak membutuhkan ku lagi. Aku sedih, luka di hati ini semakin dalam. Aku menjerit dalam hati “apa salahku, sehingga kamu bersikap begini padaku?? Tolong beri penjelasan tentang hubungan ini.” Aku gak kuat lagi. Ku coba menghubungi teman dekatnya yang juga temanku. Ku cari nomornya di ponsel. Langsung saat itu juga ku telfon dia.

“halo.. kak Iwan..”

“iya Na.. pa kabar?? Tumben nelfon kakak..”

“kak, Na mau minta tolong. Na gak sanggup lagi sama sikap kak Ade. Tolong tanyain ma dia kejelasan tentang hubungan kami.”,

“lho.. kok gak Nina sendiri yang tanya??”, katanya heran.

“udah kak, tapi dia gak mau jawab. Dia cuma bilang lagi sibuk banyak tugas, jadi gak sempat hubungin Nina..”, jawab ku lirih.

“ya udah gini aja, kalo kak sendiri yang nanyain, pasti Na gak bakalan percaya sama jawabannya. Kita sambung 3 neh telfon, tapi Na gak usah bicara, Na denger aja apa yang dia bilang. Satu lagi, apapun yang dia katakan Na gak boleh bersuara sedikit pun.. Biar kak yang telfon. Ok..”

“ok kak..” telfon ku tutup.

Gak lama setelah itu, kak Iwan pun nelfon. Setelah ku angkat, dia langsung nelfon pacarku. Awalnya mereka ngobrol seperti biasa. Kak Iwan sedikit berbasa-basi. Setelah beberapa menit kak Iwan langsung ke pokok permasalahan. Terdengar di seberang sana kak Ade agak kaget mendengarnya.

“lo apain Nina?? Kok dia nangis-nangis ma gue??”

“maksud lo?? Gue gak ngerti. Kenapa tiba-tiba lo bertanya kek gini??”

“kemaren Nina nelfon gue, dia nangis. Dia bilang gak kuat lagi ma sikap lo. Lo seakan-akan gak butuh dia lagi..”

“O… jadi dia ngadu sama lo?? Dasar tuch cewek, cengeng banget jadi orang. Gue gak apa-apain dia. Gue Cuma jenuh aja sama sikap dia yang kekanak-kanakan. Gue gak tahan sama cewek kek gitu. Gue bosen ma dia..!!”, nada suaranya meninggi.

“kalo lo bosen ma dia dan pengen mutusin dia, lo bilang donk baik-baik. Bukan kek gini caranya. Gak ada hak lo nyakitin anak gadis orang..!!”

“gue udah gak mood ngomong ma dia. Kalo lo care ma dia, lo aja yang ngasih tau dia. Gua gak butuh cewek kek gitu. Dan mulai sekarang gue gak bakalan ganggu dia lagi!!”

Klik. telfon ku matiin. Tetes demi tetes air mata ini mulai berjatuhan. Aku gak tertarik mendengar ending dari percakapan ini. Aku udah bisa menebak akhir dari semua ini. Kesabaranku selama ini berbuah kesia-siaan. Penantianku selama 1,5 tahun ini gak berarti apa-apa. Dia tidak ingin berubah seperti dulu lagi, malah dia mencampakkan ku. Dia diam bukan untuk introspeksi diri, dia hanya memikirkan bagaimana caranya agar bisa putus dari ku. dia tega berbuat seperti ini padaku. Aku kecewa, aku menyesal telah menjadikan dia bagian dari hidup ku.
*****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar